Ketika Merindukan Kentutmu

Teringat saat kamu kentut di depanku, terdengar pelan mendayu seiring kamu  menahan hembusannya. Apakah kamu di sana masih suka kentut wahai gadis pengentut? Pernah suatu ketika saat aku menikmati kata demi kata di perpustakaan kota, aku bertemu kamu tak sengaja, bukan sapaan bahkan salaman yang aku terima, kau malah melemparkan nyaring kentut pada wajahku. tak beraroma, namun membiaskan perasaan yang tak dapat kukira. Kira-kira kentutmu seperti apa kini. Apakah nyaring bergematar, atau mencuit layaknya ringkikan kuda? Semoga kamu dan kentutmu baik-baik saja. pertunjukan

Ketika aku kehilanganmu, yang paling aku sayangkan hanyalah kentutmu yang tak akan kudengar lagi. Kemana aku mencari kentutmu itu? Suatu saat pernah aku kentut dan aku merasakan kelembutan yang timbul seperti pertama aku mengenal kentutmu, namun semua berubah seketika saat muncul aroma ketiak tikus yang semerbak bersamaan kelembutan itu. Aku sedih dengan perasaan rindu menelisik  ingatanku. Bisakah kamu disana kirimkan kentutmu yang syahdu dan merona?

punggung

Rindu semakin memuncak, kesabaran pun rontok ditelan oleh pikiran tentang kamu dan kentutmu, harus kemana aku mencari pemuas dahaga akan kerinduan ini? Sudah kucari semua kentut didunia ini, tak ada yang seperti kentut kamu, sudah ku telusuri siang malam hanya untuk mencari nafas kentutmu. Yang kudapat hanya dedak bersama aroma racun mirip kabel yang terbakar lalu dijemur bersama jeroan kuda. Aku pasrah, aku lelah, walau kamu telah hilang, kuharap kentutmu tetap terbayang hingga aku bermimpi bertemu dengannya. Aku amat rindu kentutmu.

Sakit Hatinya Pria Penguntai kata

Bagaikan lebah yang tiba-tiba hidup sendiri, menjalani tugas mencari sari bunga dalam kesepian.

merindukan kenangan

merindukan kenangan

Menjalani puasa amat begitu berat dihari ini, bukan berat karena menahan lapar, namun berat karna hati yang sedang ditimpa kegelisahan.  Itu derita pria penguntai kata, pria muda menjelang akhir dewasa.  9 tahun lamanya menggenggam cinta lalu kandas akhirnya.  wanita yang menurutnya mutiara dunia tega memutuskan kasih karna tersangkut prahara. “Oh, sang cinta, itu pilihan dia, namun keterpaksaan, dan kepasrahan yang aku punya”. suara hati bergelut dengan pikiran pria penguntai kata.

Aku ingin mencintaimu

Dengan sederhana

Dengan Kata yang tak sempat

Disampaikan kayu

kepada api yang menjadikanya abu (Sapardi Djoko Damono)

Lamanya waktu mengenal, mengiris historia kenangan, menjaja kepercayaan, kini hanya menjadi elektabilitas perasaan yang berkepanjangan. Meminang, mempersunting, menuai ikatan suci, apa itu yang dicari, apa itu yang menjadi akhir dari kisah ini. 9 tahun dalam gembalaan kereta kasih, kini ibarat terbuang dipetelantaraan. “oh, sang cinta , kutunggu matimu, kutunggu sisa-sa dari keperawananmu”.

dimana kau kini ratuku?

dimana kau kini ratuku?

Bagai lebah tertinggal asa, menantikan sang ratu hingga mata yang tak berhenti terpejam.

Kegelisahan yang melanda Suhu kami, sang penguntai kata, sang penulis muda.

mudah-mudahan diberi penggantinya. amiin.

Dunia Kiamat Sebelum Waktunya

sudah lima hari Kotor tak mandi, sudah tiga hari Kotor tak makan, sudah dua hari Kotor tak mencuci baju, dan sudah kurang lebih dari sejam Kotor tak minum. Namanya Kotor, nama lengkapnya Kotor Kerna Ta’kucel. sudah sebulan lamanya dia berdiam diri, hidupnya yang teratur kini tak teratur, dirinya yang dulu periang kini malah jadi meriang. ada apa gerangan yang menimpa Kotor, seberapa besarkah masalah yang dia hadapi sehingga dia sampai tak mau mandi selama lima hari. kini badannya teramat kotor, sekotor namanya. Baca lebih lanjut