Lagi-lagi Cinta Gila, Gila Cinta

teaterMana mungkin aku bisa meminangmu, aku hanya tamatan SMA. Bukankah di mata bapakmu pernikahan itu layaknya tes CPNS.

Mana mungkin aku menikahimu. Jangankan sedan mewah, motor butut ini saja belum lunas kreditnya. Bukankah bapakmu memilih menantu dilihat dari kuantitas kekayaan yang ia punya.

Mana mungkin aku mengawinimu. Kerja saja  tak punya dan tempat tinggal pun numpang di saudara. Bukankah  di mata bapakmu, orang yang menikahi anaknya setidaknya mempunyai 1 apartemen, 1 villa, dan profesi pekerjaan minimal perwira tentara.

Mana mungkin aku menjadi suamimu. Walau kita saling sayang dan mencinta, namun kelamin kita sama. Bukankah di mata bapakmu manusia diciptakan berbeda bangsa, suku, agama namun tetap satu jua.teater

Ah cinta gila, cinta gila. Lagi-lagi gila pada hakikat kesuciannya. Jangan memohon ampun, jangan menyesal pada akhirnya, karna semua pilihan terjadi pada awalnya. Hasil dan akhirnya tergantung nasib dan takdir yang kuasa.

Kotemplasi Transenden di Antara Jalanan Yang Panjang

gamelanDalam perjalananku yang terasa panjang. Setitik keringat tercampur butir air mata, menghela nafas berdampingan dengan bibir yang mengucapkan  istighfar. Apapun ini yang terasa , seperti ampas membersihkan hati yang dekil, kotor berdebu. Allah sang maha pemberi ketenangan, apapun yang aku rasakan ini semoga menjadi penawar racun dalam batinku.

Perlakuanku, kebathilan yang aku perbuat tidak menjadikan kepuasan nafsuku. Kala sesal yang selalu akhirnya, kala cemas yang pada akhirnya. Kesemuan kembali semu antara semu dan semu. Kikislah ini ya Rabb, di ukirkanlah ke illahian pada hati ini yang selalu mencintai kesemuan.

Aku menyadari semesta ini semestaMu, disia-siakan lah kemahaan-Mu, menyia-nyiakan sejuta syair berkah dari-Mu. Nista kembali jadinya, akhirnya nista kembali jadinya. Rekatkan tekad ini ya Ghaffur, eratkan pikiran, akal, jiwa untuk menembus cahaya milik-Mu.debu

Semburat wajah takut, raut muka yang ketakutan, takut akan hilanngnya hal yang fana. Dunia ini terbatas, keinginan manusia yang tak terbatas, Kuasa Tuhan tanpa batas. Sadarkan ya Rahiim, ingatkan Ya Rahman. Buat aku merenung, bahwa aku tercipta dari sesuatu yang kecil dan amat hina. Buat aku merenung, bahwa aku terlahir ke dunia dengan telanjang, tak ada bekal yang menyertai. Buat aku merenung, ketika aku tak bisa berkata dan berbicara, hanya terbata-bata seakan begitu berat menyebut asma-Mu. Buat aku merenung, ketika aku hanya bisa merangkak, betapa sulitnya menggapai kebesaran-Mu.

Apa aku bisa kembali? Apa aku bisa kembali? Apa pernah aku menyadari? Tanpa-Mu aku adalah apa. Tanpa desiran firman-Mu aku hanya makhluk teraniaya.

Perjalananku yang terasa panjang, sekantung yang tadinya kekosongan. Serpih demi serpih, debu menjadi abu, semoga aku dibersihkan,diberikan selongsong yang bisa mengembuskan makna, yang memahami arti, mendalami tentang aku yang tak berdaya.

Berawal Kutukan berakhir Kotoran kuda

Korea itu namanya. nama lengkapnya Korea Kornea Mata, nama panggilannya Omat. Omat anak dari H. Amat juragan beras dari kampung Golondong, didaerah timur kota perbatasan kota Konong. Omat anaknya rajin cuman sayang dia harus putus sekolah setahun yang lalu. sekarang ini dia harusnya duduk di kelas enam SDK (sekolah dasar katanya). terpaksa dia berhenti sekolah dikarenakan di kelas empat kedapatan dirinya nyimenk, bukan nyimenk ganja tapi dia ngisep tembakau yang dilinting dalam bahasa gaulnya dia ngisep bako punya H. amat, punya bapaknya yang ia colong selagi H.Amat tidur.  celakanya ia kedapatan ngisep bako itu oleh kepala sekolahnya sendiri. dikeluarkanlah ia dari SDK. kasian Omat anak H Amat harus jadi pengangguran di usia belia. gara-gara itupun ia harus di usir dari rumahnya, dan mempasrahkan dirinya untuk dikutuk  H. Amat bapaknya, dikutuk menjadi pria tampan dan artis beken. betapa takjubnya Omat melihat dirinya yang masih usia kecil dan dekil dikutuk menjadi seorang pria tampan dewasa. dikutuk menjadi artis papan atas negeri Gorokgok. Baca lebih lanjut