Panas mentereng, matahari yang kepanasan akibat tingkah polah manusia. Tidak peduli dinginnya sang waktu yang memang enggan memperhatikan sekitar jagat maupun Andromeda dan bima sakti.
Disebuah pulau, di sebuah Negara, disuatu provinsi, dan di suatu desa. Panasnya cuaca tak menjadi soal perkara, maupun pikiran. Masyarakat desa tak terpengaruh, malah terbiasa beraktifitas dengan panasnya cuaca, dan panasnya hati karena kekurangan uang. Bocah-bocah terlihat berkumpul di kaki bukit, semuanya duduk melingkar, terkecuali salah seorang bocah yang sedang berorasi tentang bahaya global warming, dikontaminasikan dengan sedikit pemahaman tentang politik liberal kekinian. Oh alangkah indahnya pemandangan hasil cercahan ilmu sang Tuhan pada makhluknya. Baca lebih lanjut